Berbangga
menjadi kaum muda memiliki banyak alasan. Diantaranya memiliki jasmani yang
kuat, memiliki banyak kesempatan untuk : berkarya, menggali potensi dan
mengejar mimpi.
Tentunya
jika dan hanya jika mereka mengetahui dan memiliki semangat “muda” nya. Tidak
sedikit bukan kaum muda yang melejitkan prestasi yang mencengangkan para
senior.
Tapi seperti
mana besarnya peluang kesuksesan yang bisa dicetakkan oleh mereka, peluang
negatif yang membuatkan kekhawatiran global pun tidak sedikit. Membuat haru,
membuat kecewa, membuat ironis. Melihat realita yang dilakukan kaum muda di
sana-sini, yang kian hari bertumbuh adalah ketakutan, kekhawatiran dan
kecurigaan. Keterbukaan dan ukhuwah antar sesama seperti terisolasi. Tak lagi
pandai bernegosiasi melainkan berpaut pada emosionalisme. Fenomena ngeri.
Khalifah negeri seperti kehilangan kesatrianya. Pendidikan yang dikenyam,
seperti hanyalah balutan untuk seragam yang menutupi aib jahiliyah. Demi
kesejahteraan yang diidamkan secara nafsi-nafsi, akhirnya harus rela
mendistorsi nilai kebersamaan yang telah kokoh dibangun para pengabdi
terdahulu.
Ada
apa semangat muda?
Seperti
halnya tumbuhan berpucuk di pagi hari. Pucuk yang selalu muda, memperbaharui
dan menuaikan semerbak kesegaran aroma pagi. Begitulah idealnya semangat yang
ingin selalu dimiliki, terus bermuda. Dan apa yang salah ketika tumbuhan tak
lagi berpucuk? Barangkali substansi yang diterimanya tak lagi memberikan
nutrisi untuk kehidupannya. Bukankah sebuah bejana tidak dapat mengeluarkan isi
yang berbeda dengan apa yang dikandungnya? Dan yang berproses di daamnya adalah
apa yang telah diisikan ke dalamnya? Karenanya mengapa semangat kadang tak lagi
“muda” ? Adalah karena apa yang menjadi nutrisi untuk semangat itu. Jika
hal-hal yang berbau non-nutrisi yang dimasukkan dan dicerna, tentu hasilnya
bukan pertumbuhan yang baik bukan? Suatu bangsa adalah tergantung pada pemuda
di dalamnya. Pemuda adalah harapan bangsa. Syubbanul yaum rijalul ghod : Pemuda hari ini adalah penerus esok hari ini.
Betapa besar makna pemuda untuk
ukuran suatu bangsa. Karenanya mengapa pemuda adalah aset yang teramat besar
untuk : kemajuan atau keruksakan suatu bangsa. Namun sekalipun ia mampu, untuk
apa jika tidak mau? Sekalipun ia kuat untuk apa jika tidak rela berkorban dan
bertindak? Sekalipun ia berakal sehat untuk apa jika hanya ingin menjadi
penikmat saja? Olehkarena itu, penanaman nasionalisme, patriotisme dan jiwa
heroik adalah nutrisi yang wajib dimiliki kaum muda. Dan semua itu tidak akan
terlepas dari pendidikan, bimbingan dan teladan yang menjadi bahan orientasi.
Masih ada kesempatan merenovasi semangat anak negeri sampai semua menyadari
peran pentingnya dalam sumbangsi pembangunan negeri. Sebagaimana Firman Allah
SWT dalam Q.S Ar – Rad : 11 yang artinya : “... Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri....”
SEMANGAT MUDA
Jumat, 28 Juni 2013
0
komentar
Berbangga menjadi kaum muda memiliki banyak alasan. Diantaranya memiliki
jasmani yang kuat, memiliki banyak kesempatan untuk : berkarya,
menggali potensi dan mengejar mimpi.
Tentunya jika dan hanya jika mereka mengetahui dan memiliki semangat
“muda” nya. Tidak sedikit bukan kaum muda yang melejitkan prestasi yang
mencengangkan para senior.
Tapi seperti mana besarnya peluang kesuksesan yang bisa dicetakkan oleh
mereka, peluang negatif yang membuatkan kekhawatiran global pun tidak
sedikit. Membuat haru, membuat kecewa, membuat ironis.
Melihat realita yang dilakukan kaum muda di sana-sini, yang kian hari
bertumbuh adalah ketakutan, kekhawatiran dan kecurigaan. Keterbukaan dan
ukhuwah antar sesama seperti terisolasi. Tak lagi pandai bernegosiasi
melainkan berpaut pada emosionalisme. Fenomena ngeri. Khalifah negeri
seperti kehilangan kesatrianya. Pendidikan yang dikenyam, seperti
hanyalah balutan untuk seragam yang menutupi aib jahiliyah. Demi
kesejahteraan yang diidamkan secara nafsi-nafsi, akhirnya harus rela
mendistorsi nilai kebersamaan yang telah kokoh dibangun para pengabdi
terdahulu.
Ada apa semangat muda?
Seperti halnya tumbuhan berpucuk di pagi hari. Pucuk yang selalu muda,
memperbaharui dan menuaikan semerbak kesegaran aroma pagi. Begitulah
idealnya semangat yang ingin selalu dimiliki, terus bermuda. Dan apa
yang salah ketika tumbuhan tak lagi berpucuk? Barangkali substansi yang
diterimanya tak lagi memberikan nutrisi untuk kehidupannya. Bukankah
sebuah bejana tidak dapat mengeluarkan isi yang berbeda dengan apa yang
dikandungnya? Dan yang berproses di daamnya adalah apa yang telah
diisikan ke dalamnya? Karenanya mengapa semangat kadang tak lagi “muda” ?
Adalah karena apa yang menjadi nutrisi untuk semangat itu. Jika
hal-hal yang berbau non-nutrisi yang dimasukkan dan dicerna, tentu
hasilnya bukan pertumbuhan yang baik bukan?
Suatu bangsa adalah tergantung pada pemuda di dalamnya. Pemuda adalah
harapan bangsa. Syubbanul yaum rijalul ghod : Pemuda hari ini adalah penerus esok hari ini.
Betapa besar makna pemuda untuk ukuran suatu bangsa. Karenanya mengapa
pemuda adalah aset yang teramat besar untuk : kemajuan atau keruksakan
suatu bangsa.
Namun sekalipun ia mampu, untuk apa jika tidak mau? Sekalipun ia kuat
untuk apa jika tidak rela berkorban dan bertindak? Sekalipun ia berakal
sehat untuk apa jika hanya ingin menjadi penikmat saja? Olehkarena itu,
penanaman nasionalisme, patriotisme dan jiwa heroik adalah nutrisi yang
wajib dimiliki kaum muda. Dan semua itu tidak akan terlepas dari
pendidikan, bimbingan dan teladan yang menjadi bahan orientasi.
Masih ada kesempatan merenovasi semangat anak negeri sampai semua
menyadari peran pentingnya dalam sumbangsi pembangunan negeri.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S Ar – Rad : 11 yang artinya :
“... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri....”
SEMANGAT MUDA
Jumat, 28 Juni 2013
0
komentar
Berbangga menjadi kaum muda memiliki banyak alasan. Diantaranya memiliki
jasmani yang kuat, memiliki banyak kesempatan untuk : berkarya,
menggali potensi dan mengejar mimpi.
Tentunya jika dan hanya jika mereka mengetahui dan memiliki semangat
“muda” nya. Tidak sedikit bukan kaum muda yang melejitkan prestasi yang
mencengangkan para senior.
Tapi seperti mana besarnya peluang kesuksesan yang bisa dicetakkan oleh
mereka, peluang negatif yang membuatkan kekhawatiran global pun tidak
sedikit. Membuat haru, membuat kecewa, membuat ironis.
Melihat realita yang dilakukan kaum muda di sana-sini, yang kian hari
bertumbuh adalah ketakutan, kekhawatiran dan kecurigaan. Keterbukaan dan
ukhuwah antar sesama seperti terisolasi. Tak lagi pandai bernegosiasi
melainkan berpaut pada emosionalisme. Fenomena ngeri. Khalifah negeri
seperti kehilangan kesatrianya. Pendidikan yang dikenyam, seperti
hanyalah balutan untuk seragam yang menutupi aib jahiliyah. Demi
kesejahteraan yang diidamkan secara nafsi-nafsi, akhirnya harus rela
mendistorsi nilai kebersamaan yang telah kokoh dibangun para pengabdi
terdahulu.
Ada apa semangat muda?
Seperti halnya tumbuhan berpucuk di pagi hari. Pucuk yang selalu muda,
memperbaharui dan menuaikan semerbak kesegaran aroma pagi. Begitulah
idealnya semangat yang ingin selalu dimiliki, terus bermuda. Dan apa
yang salah ketika tumbuhan tak lagi berpucuk? Barangkali substansi yang
diterimanya tak lagi memberikan nutrisi untuk kehidupannya. Bukankah
sebuah bejana tidak dapat mengeluarkan isi yang berbeda dengan apa yang
dikandungnya? Dan yang berproses di daamnya adalah apa yang telah
diisikan ke dalamnya? Karenanya mengapa semangat kadang tak lagi “muda” ?
Adalah karena apa yang menjadi nutrisi untuk semangat itu. Jika
hal-hal yang berbau non-nutrisi yang dimasukkan dan dicerna, tentu
hasilnya bukan pertumbuhan yang baik bukan?
Suatu bangsa adalah tergantung pada pemuda di dalamnya. Pemuda adalah
harapan bangsa. Syubbanul yaum rijalul ghod : Pemuda hari ini adalah penerus esok hari ini.
Betapa besar makna pemuda untuk ukuran suatu bangsa. Karenanya mengapa
pemuda adalah aset yang teramat besar untuk : kemajuan atau keruksakan
suatu bangsa.
Namun sekalipun ia mampu, untuk apa jika tidak mau? Sekalipun ia kuat
untuk apa jika tidak rela berkorban dan bertindak? Sekalipun ia berakal
sehat untuk apa jika hanya ingin menjadi penikmat saja? Olehkarena itu,
penanaman nasionalisme, patriotisme dan jiwa heroik adalah nutrisi yang
wajib dimiliki kaum muda. Dan semua itu tidak akan terlepas dari
pendidikan, bimbingan dan teladan yang menjadi bahan orientasi.
Masih ada kesempatan merenovasi semangat anak negeri sampai semua
menyadari peran pentingnya dalam sumbangsi pembangunan negeri.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S Ar – Rad : 11 yang artinya :
“... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri....”
Berbangga
menjadi kaum muda memiliki banyak alasan. Diantaranya memiliki jasmani yang
kuat, memiliki banyak kesempatan untuk : berkarya, menggali potensi dan
mengejar mimpi.
Tentunya
jika dan hanya jika mereka mengetahui dan memiliki semangat “muda” nya. Tidak
sedikit bukan kaum muda yang melejitkan prestasi yang mencengangkan para
senior.
Tapi seperti
mana besarnya peluang kesuksesan yang bisa dicetakkan oleh mereka, peluang
negatif yang membuatkan kekhawatiran global pun tidak sedikit. Membuat haru,
membuat kecewa, membuat ironis. Melihat realita yang dilakukan kaum muda di
sana-sini, yang kian hari bertumbuh adalah ketakutan, kekhawatiran dan
kecurigaan. Keterbukaan dan ukhuwah antar sesama seperti terisolasi. Tak lagi
pandai bernegosiasi melainkan berpaut pada emosionalisme. Fenomena ngeri.
Khalifah negeri seperti kehilangan kesatrianya. Pendidikan yang dikenyam,
seperti hanyalah balutan untuk seragam yang menutupi aib jahiliyah. Demi
kesejahteraan yang diidamkan secara nafsi-nafsi, akhirnya harus rela
mendistorsi nilai kebersamaan yang telah kokoh dibangun para pengabdi
terdahulu.
Ada
apa semangat muda?
Seperti
halnya tumbuhan berpucuk di pagi hari. Pucuk yang selalu muda, memperbaharui
dan menuaikan semerbak kesegaran aroma pagi. Begitulah idealnya semangat yang
ingin selalu dimiliki, terus bermuda. Dan apa yang salah ketika tumbuhan tak
lagi berpucuk? Barangkali substansi yang diterimanya tak lagi memberikan
nutrisi untuk kehidupannya. Bukankah sebuah bejana tidak dapat mengeluarkan isi
yang berbeda dengan apa yang dikandungnya? Dan yang berproses di daamnya adalah
apa yang telah diisikan ke dalamnya? Karenanya mengapa semangat kadang tak lagi
“muda” ? Adalah karena apa yang menjadi nutrisi untuk semangat itu. Jika
hal-hal yang berbau non-nutrisi yang dimasukkan dan dicerna, tentu hasilnya
bukan pertumbuhan yang baik bukan? Suatu bangsa adalah tergantung pada pemuda
di dalamnya. Pemuda adalah harapan bangsa. Syubbanul yaum rijalul ghod : Pemuda hari ini adalah penerus esok hari ini.
Betapa besar makna pemuda untuk
ukuran suatu bangsa. Karenanya mengapa pemuda adalah aset yang teramat besar
untuk : kemajuan atau keruksakan suatu bangsa. Namun sekalipun ia mampu, untuk
apa jika tidak mau? Sekalipun ia kuat untuk apa jika tidak rela berkorban dan
bertindak? Sekalipun ia berakal sehat untuk apa jika hanya ingin menjadi
penikmat saja? Olehkarena itu, penanaman nasionalisme, patriotisme dan jiwa
heroik adalah nutrisi yang wajib dimiliki kaum muda. Dan semua itu tidak akan
terlepas dari pendidikan, bimbingan dan teladan yang menjadi bahan orientasi.
Masih ada kesempatan merenovasi semangat anak negeri sampai semua menyadari
peran pentingnya dalam sumbangsi pembangunan negeri. Sebagaimana Firman Allah
SWT dalam Q.S Ar – Rad : 11 yang artinya : “... Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri....”
SEMANGAT MUDA
Jumat, 28 Juni 2013
0
komentar
Berbangga menjadi kaum muda memiliki banyak alasan. Diantaranya memiliki
jasmani yang kuat, memiliki banyak kesempatan untuk : berkarya,
menggali potensi dan mengejar mimpi.
Tentunya jika dan hanya jika mereka mengetahui dan memiliki semangat
“muda” nya. Tidak sedikit bukan kaum muda yang melejitkan prestasi yang
mencengangkan para senior.
Tapi seperti mana besarnya peluang kesuksesan yang bisa dicetakkan oleh
mereka, peluang negatif yang membuatkan kekhawatiran global pun tidak
sedikit. Membuat haru, membuat kecewa, membuat ironis.
Melihat realita yang dilakukan kaum muda di sana-sini, yang kian hari
bertumbuh adalah ketakutan, kekhawatiran dan kecurigaan. Keterbukaan dan
ukhuwah antar sesama seperti terisolasi. Tak lagi pandai bernegosiasi
melainkan berpaut pada emosionalisme. Fenomena ngeri. Khalifah negeri
seperti kehilangan kesatrianya. Pendidikan yang dikenyam, seperti
hanyalah balutan untuk seragam yang menutupi aib jahiliyah. Demi
kesejahteraan yang diidamkan secara nafsi-nafsi, akhirnya harus rela
mendistorsi nilai kebersamaan yang telah kokoh dibangun para pengabdi
terdahulu.
Ada apa semangat muda?
Seperti halnya tumbuhan berpucuk di pagi hari. Pucuk yang selalu muda,
memperbaharui dan menuaikan semerbak kesegaran aroma pagi. Begitulah
idealnya semangat yang ingin selalu dimiliki, terus bermuda. Dan apa
yang salah ketika tumbuhan tak lagi berpucuk? Barangkali substansi yang
diterimanya tak lagi memberikan nutrisi untuk kehidupannya. Bukankah
sebuah bejana tidak dapat mengeluarkan isi yang berbeda dengan apa yang
dikandungnya? Dan yang berproses di daamnya adalah apa yang telah
diisikan ke dalamnya? Karenanya mengapa semangat kadang tak lagi “muda” ?
Adalah karena apa yang menjadi nutrisi untuk semangat itu. Jika
hal-hal yang berbau non-nutrisi yang dimasukkan dan dicerna, tentu
hasilnya bukan pertumbuhan yang baik bukan?
Suatu bangsa adalah tergantung pada pemuda di dalamnya. Pemuda adalah
harapan bangsa. Syubbanul yaum rijalul ghod : Pemuda hari ini adalah penerus esok hari ini.
Betapa besar makna pemuda untuk ukuran suatu bangsa. Karenanya mengapa
pemuda adalah aset yang teramat besar untuk : kemajuan atau keruksakan
suatu bangsa.
Namun sekalipun ia mampu, untuk apa jika tidak mau? Sekalipun ia kuat
untuk apa jika tidak rela berkorban dan bertindak? Sekalipun ia berakal
sehat untuk apa jika hanya ingin menjadi penikmat saja? Olehkarena itu,
penanaman nasionalisme, patriotisme dan jiwa heroik adalah nutrisi yang
wajib dimiliki kaum muda. Dan semua itu tidak akan terlepas dari
pendidikan, bimbingan dan teladan yang menjadi bahan orientasi.
Masih ada kesempatan merenovasi semangat anak negeri sampai semua
menyadari peran pentingnya dalam sumbangsi pembangunan negeri.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S Ar – Rad : 11 yang artinya :
“... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri....”