Senin, 16 September 2013

Catatan Sang Waliyullah, Habibanaa Mundzir bin Fuad bin Abdurrahman al musawa


Aku teringat mimpiku beberapa minggu yg lalu, aku berdiri
dg pakaian lusuh bagai kuli yg bekerja sepanjang hari,
dihadapanku Rasulullah saw berdiri di pintu kemah besar
dan megah, seraya bersabda : “semua orang tak tega
melihat kau kelelahan wahai munzir, aku lebih tak tega
lagi…, kembalilah padaku, masuklah kedalam kemahku dan
istirahatlah… Ku jenguk dalam kemah mewah itu ada guru
mulia, seraya berkata :kalau aku bisa keluar dan masuk
kesini kapan saja, tapi engkau wahai munzir jika masuk
kemah ini kau tak akan kembali ke dunia..
Maka Rasul saw terus mengajakku masuk, “masuklah..
kau sudah kelelahan.., kau tak punya rumah di dunia
(memang saya hingga saat ini masih belum punya
rumah) , tak ada rumah untukmu di dunia, karena
rumahmu adalah disini bersamaku.., serumah denganku..,
seatap dg ku…, makan dan mium bersamaku ..
masuklah,,,
Lalu aku berkata : lalu bagaimana dg Fatah Jakarta?
(Fatah tegaknya panji kedamaian Rasul saw), maka
beberapa orang menjawab dibelakangku : wafatmu akan
membangkitkan ribuan hati utk meneruskan cita
citamu,..!!, masuklah,,,!
Lalu malaikat Izrail as menggenggamku dari belakang, ia
memegang dua pundakku, terasa seluruh uratku sudah
digenggamannya,seraya berkata : mari… kuantar kau
masuk.. mari…
Maka kutepis tangannnya, dan aku berkata, saya masih
mau membantu guru mulia saya…, maka Rasul saw
memerintahkan Izrail as untuk melepaskanku..
Aku terbangun…
Semalam ketika aku rebah dalam kegelapan kulihat dua
tamu bertubuh cahaya, namun wajahnya tidak bertentuk
kecuali hanya cahaya, ia memperkenalkan bahwa ia
adalah Izrail as..
Kukatakan padanya : belum… belum.. aku masih ingin
bakti pada guru muliaku.. pergilah dulu, maka ia pun
menghilang raib begitu saja.
Tahun 1993 aku bermimpi berlutut dikaki Rasul saw,
menangis rindu tak kuat untuk ingin jumpa, maka Sang
Nabi saw menepu pundakku… tenang dan sabarlah..sebel
um usiamu mencapaii 40 tahun kau sudah kumpul
bersamaku”...

Yaa Robb ... jadi akan aq salah satu pelita pembawa semangat juang Habibii Munzir .... .

Selamat jalan wahai Guru kami tercinta Habibana Munzir bin Fuad Al Musawa..



CERITA TITIK AWAL PERTEMUAN (Alm) HABIBANA MUNZIR DENGAN GURU BELIAU AL HABIB UMAR...

(silahkan di bagikan)

tentang Habib Munzir Almusawa..

##

Kebahagiaan dan kesejukan
rahmat Nya semoga selalu
menaungi hari-hari anda.
Saudaraku yang kumuliakan, Saya adalah seorang anak
yang sangat dimanja oleh
ayah saya. Ayah saya selalu
memanjakan saya lebih dari
anaknya yang lain, namun di
masa baligh, justru saya yang putus sekolah. Semua kakak
saya wisuda, ayah bunda saya
bangga pada mereka, dan
kecewa pada saya, karena
saya malas sekolah,

saya lebih
senang hadir majelis maulid Almarhum Al Arif billah Alhabib
Umar bin Hud Alalttas, dan
Majelis taklim kamis sore di
Empang Bogor. Masa itu yang
mengajar adalah Al Marhum Al
Allamah Alhabib Husein bin Abdullah bin Muhsin Alattas
dengan kajian Fathul Baari.
Sisa hari-hari saya adalah
bershalawat 1000 siang 1000
malam, zikir beribu kali, dan
puasa nabi daud as, dan shalat malam berjam-jam.

Saya pengangguran dan
sangat membuat ayah bunda
malu. Ayah saya 10 tahun
belajar dan tinggal di Makkah.
Guru beliau adalah Almarhum Al Allamah Alhabib Alwi Al
Malikiy, ayah dari Al Marhum
Al Allamah Assayyid Muhammad
bin Alwi Al Malikiy. Ayah saya
juga sekolah di Amerika
serikat dan mengambil gelar sarjana di New York
University.

Almarhum ayah sangat malu,
beliau mumpuni dalam agama
dan mumpuni dalam
kesuksesan dunia. Beliau berkata pada saya, “Kau ini
mau jadi apa? Jika mau
agama maka belajarlah dan
tuntutlah ilmu sampai keluar
negeri. Jika ingin mendalami
ilmu dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri, namun
saranku tuntutlah ilmu agama,
aku sudah mendalami
keduanya dan aku tak
menemukan keberuntungan
apa-apa dari kebanggaan orang yang sangat
menyanjung negeri barat,
walau aku sudah lulusan New
York University, tetap aku
tidak bisa sukses di dunia
kecuali dengan kelicikan, saling sikut dalam kerakusan
jabatan, dan aku menghindari
itu.”

Maka ayahanda almarhum
hidup dalam kesederhanaan di
Cipanas, Cianjur, Puncak, Jawa Barat. Beliau lebih senang
menyendiri dari Ibu Kota,
membesarkan anak-anaknya,
mengajari anak2nya mengaji,
ratib, dan shalat berjamaah.
Namun saya sangat mengecewakan ayah bunda
karena boleh dikatakan: dunia
tidak akhiratpun tidak.

Namun
saya sangat mencintai Rasul
saw, menangis merindukan
Rasul saw, dan sering dikunjungi Rasul saw dalam
mimpi. Rasul saw selalu
menghibur saya jika saya
sedih, suatu waktu saya mimpi
bersimpuh dan memeluk lutut
beliau saw, dan berkata, “Wahai Rasulullah saw aku
rindu padamu, jangan
tinggalkan aku lagi, butakan
mataku ini asal bisa jumpa
denganmu, ataukan matikan
aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini.”
Rasul saw menepuk bahu saya
dan berkata, “Munzir,
tenanglah! Sebelum usiamu
mencapai 40 tahun kau sudah
jumpa denganku.” maka saya terbangun.

Akhirnya karena ayah
pensiun, maka ibunda
membangun losmen kecil di
depan rumah berupa 5 kamar
saja. Di sewakan pada orang yang baik-baik, untuk biaya
nafkah, dan saya adalah
pelayan losmen ibunda saya.
Setiap malam saya jarang
tidur, duduk termenung di
kursi penerimaan tamu yang cuma meja kecil dan kursi
kecil mirip pos satpam, sambil
menanti tamu, sambil
tafakkur, merenung, melamun,
berdzikir, menangis, dan
shalat malam. Demikian malam- malam saya lewati.
Siang hari saya puasa Nabi
Daud as, dan terus dilanda
sakit asma yang parah, maka
itu semakin membuat ayah
bunda kecewa.

Berkata ibunda saya, “Kalau kata orang, jika
banyak anak, mesti ada satu
yang gagal, ibu tak mau
percaya pada ucapan itu.”
tapi apakah ucapan itu
kebenaran? Saya terus menjadi pelayan di
losmen itu, menerima tamu,
memasang seprei, menyapu
kamar, membersihkan toilet,
membawakan makanan dan
minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih,
atau nasi goreng buatan
ibunda jika dipesan tamu.

Sampai semua kakak saya
lulus sarjana, saya kemudian
tergugah untuk mondok. Maka saya pesantren di Hb Umar
bin Abdurrahman Assegaf di
Bukit Duri Jakarta Selatan.
Namun hanya dua bulan saja,
saya tidak betah dan sakit-
sakitan karena asma terus kambuh. Maka saya pulang.
Ayah makin malu, bunda makin
sedih, lalu saya privat saja
kursus Bahasa Arab di Kursus
Bahasa Arab Assalafi, pimpinan
Almarhum Hb Bagir Alattas, ayahanda dari Hb Hud Alattas
yang kini sering hadir di
majelis kita di Almunawar.
Saya harus pulang pergi
Jakarta-Cipanas yang saat itu
ditempuh dalam 2-3 jam, dg ongkos sendiri, demikian
setiap dua kali seminggu.
ongkos itu ya dari losmen
tersebut.

Saya selalu hadir maulid di
almarhum Al Arif Billah Alhabib Umar bin Hud alattas yang
saat itu di Cipayung. Jika tak
ada ongkos maka saya
numpang truk dan sering
hujan-hujanan pula.
Sering saya datang ke maulid beliau malam jumat dalam
keadaan basah kuyup dan
saya diusir oleh pembantu
dirumah beliau, karena karpet
tebal dan mahal itu sangat
bersih, tak pantas saya yang kotor dan basah
menginjaknya. Saya terpaksa
berdiri saja berteduh di
bawah pohon sampai hujan
berhenti dan tamu-tamu
berdatangan. Maka saya duduk di luar teras saja
karena baju basah dan takut
dihardik sang penjaga.

Saya sering pula ziarah ke
Luar Batang, makam Al Habib
Husein bin Abubakar Alaydrus. Suatu kali saya datang lupa
membawa peci, karena datang
langsung dari cipanas, maka
saya berkata dalam hati,
“Wahai Allah, aku datang
sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku
masuk ziarah tanpa peci. Tapi
uangku pas-pasan, dan aku
lapar, kalau aku beli peci
maka aku tak makan dan
ongkos pulangku kurang.” Maka saya memutuskan beli
peci berwarna hijau, karena
itu yang termurah saat itu di
emperan penjual peci. Saya
membelinya dan masuk
berziarah. Sambil membaca yaasin untuk dihadiahkan
pada almarhum, saya
menangisi kehidupan saya
yang penuh ketidaktentuan,
mengecewakan orang tua,
dan selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu
dicemooh, mereka berkata,
“Kakak-kakakmu semua
sukses. Ayahmu lulusan
Makkah dan pula New York
University, kok anaknya centeng losmen.”

Maka saya mulai menghindari
kerabat. Saat lebaranpun
saya jarang berani datang,
karena akan terus diteror
dan dicemooh. Wal hasil dalam tangis itu saya juga berkata
dalam hati, “Wahai wali Allah,
aku tamumu, aku membeli peci
untuk beradab padamu,
hamba yang shalih disisi Allah,
pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar
dan tak cukup ongkos
pulang.”
Lalu dalam saya merenung,
datanglah rombongan teman
teman saya yang pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman
Assegaf dengan satu mobil.
Mereka senang jumpa saya,
sayapun ditraktir makan. Saya
langsung teringat ini berkah
saya beradab di makam wali Allah.”

Lalu saya ditanya dengan
siapa dan mau kemana. Saya
katakan saya sendiri dan mau
pulang ke kerabat ibu saya
saja di Pasar Sawo, Kebon Nanas, Jaksel. Mereka
berkata, “Ayo bareng saja,
kita antar sampai Kebon
Nanas.” maka sayapun
semakin bersyukur pada Allah
karena memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke
Cipanas.
Saya sampai larut malam di
kediaman bibi dari ibu saya, di
Pasar Sawo, Kebon Nanas.

Lalu esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun
pulang ke Cipanas.
Tak lama saya berdoa, “Wahai
Allah, pertemukan saya
dengan guru dari orang yang
paling dicintai Rasul saw.” maka tak lama, saya masuk
pesantren Al Habib Hamid
Nagib bin Syeikh Abubakar di
Bekasi timur, dan setiap saat
mahal qiyam maulid saya
menangis dan berdoa pada Allah untuk rindu pada Rasul
saw, dan dipertemukan
dengan guru yang paling
dicintai Rasul saw. Dalam
beberapa bulan saja
datanglah Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib
Umar bin Hafidh ke pondok
itu, kunjungan pertama beliau
yaitu pada 1994.

Selepas beliau menyampaikan
ceramah, beliau melirik saya dengan tajam. Saya hanya
menangis memandangi wajah
sejuk itu, lalu saat beliau
sudah naik ke mobil bersama
almarhum Alhabib Umar Maula
khela, maka Guru Mulia memanggil Hb Nagib Bin Syeikh
Abubakar. Guru mulia berkata
bahwa beliau ingin saya dikirim
ke Tarim, Hadramaut, Yaman
untuk belajar dan menjadi
murid beliau. Guru saya Hb Nagib bin Syeikh
Abubakar mengatakan saya
sangat belum siap, belum bisa
bahasa arab, murid baru, dan
belum tahu apa-apa, mungkin
beliau salah pilih?

maka Guru Mulia menunjuk saya, “Itu…
anak muda yang pakai peci
hijau itu, itu yang saya
inginkan.” maka Guru saya Hb
Nagib memanggil saya untuk
jumpa beliau. Lalu Guru Mulia bertanya dari dalam mobil
yang pintunya masih terbuka,
“Siapa namamu?” dalam
bahasa arab tentunya. Saya
tak bisa menjawab karena
tak faham, maka guru saya Hb Nagib menjawab, “Kau
ditanya siapa namamu!” maka
saya jawab nama saya, lalu
Guru Mulia tersenyum.

Keesokan harinya saya jumpa
lagi dengan Guru Mulia di kediaman Almarhum Hb Bagir
Alattas. Saat itu banyak para
habaib dan ulama mengajukan
anaknya dan muridnya untuk
bisa menjadi murid Guru Mulia,
maka Guru Mulia mengangguk- angguk sambil kebingungan
menghadapi serbuan mereka.
Lalu Guru Mulia melihat saya
di kejauhan, lalu beliau
berkata pada almarhum Hb
Umar Maula khela, “Itu... anak itu... jangan lupa dicatat… ia
yang pakai peci hijau itu…!”

Guru Mulia kembali ke Yaman.
Saya pun langsung ditegur
guru saya, Hb Nagib bin Syekh
Abubakar, seraya berkata, “Wahai Munzir, kau harus
siap-siap dan bersungguh-
sungguh. Kau sudah diminta
berangkat, dan kau tak akan
berangkat sebelum siap.”
Dua bulan kemudian datanglah Almarhum Alhabib Umar Maula
khela ke pesantren, dan
menanyakan saya. Almarhum
Hb Umar Maulakhela berkata
pada Hb Nagib, “Mana itu
munzir anaknya Hb Fuad almusawa? Dia harus
berangkat minggu ini, saya
ditugasi untuk
memberangkatkannya.”
Maka Hb nagib berkata saya
belum siap, namun almarhum Hb Umar Maulakhela dengan
tegas menjawab, “Saya tidak
mau tahu, namanya sudah
tercantum untuk harus
berangkat, ini permintaan Al
Habib Umar bin Hafidh. Ia harus berangkat dalam dua
minggu ini bersama rombongan
pertama.”
Saya persiapkan pasport dll.,

namun ayah saya keberatan.
Ia berkata, “Kau sakit- sakitan, kalau kau ke Mekkah
ayah tenang, karena banyak
teman di sana. Namun ke
hadramaut itu ayah tak ada
kenalan, di sana negeri
tandus, bagaimana kalau kau sakit? Siapa yg menjaminmu?”
Saya pun datang mengadu
kepada Almarhum Al Arif billah
Alhabib Umar bin Hud Alattas.
Beliau sudah sangat sepuh
dan beliau berkata, “Katakan pada ayahmu, saya yang
menjaminmu, berangkatlah!”
Saya katakan pada ayah
saya, maka ayah saya diam,
namun hatinya tetap berat
untuk mengizinkan saya berangkat.

Saat saya mesti
berangkat ke bandara, ayah
saya tak mau melihat wajah
saya, beliau buang muka dan
hanya memberikan tangannya
tanpa mau melihat wajah saya. Saya kecewa namun
saya dengan berat tetap
melangkah ke mobil travel
yang akan saya naiki. Namun
saat saya akan naik, terasa
ingin berpaling ke belakang, saya lihat nun jauh disana
ayah saya berdiri di pagar
rumah dengan tangis melihat
keberangkatan saya. Beliau
melambaikan tangan tanda
ridho, rupanya bukan beliau tidak ridho, tapi karena saya
sangat disayanginya dan
dimanjakannya, beliau berat
berpisah dengan saya. Saya
berangkat dengan airmata
sedih.

Saya sampai di Tarim,
Hadramaut, Yaman di
kediaman Guru Mulia. Beliau
mengabsen nama kami, ketika
sampai ke nama saya dan
beliau memandang saya dan tersenyum indah.
Tak lama kemudian terjadi
perang Yaman Utara dan
Yaman Selatan. Kami di yaman
selatan, pasokan makanan
berkurang, makanan sulit, listrik mati. Kami pun harus
berjalan kaki kemana-mana
menempuh jalan 3-4 km untuk
taklim karena biasanya
dengan mobil-mobil milik Guru
mulia, namun dimasa perang pasokan bensin sangat minim.
Suatu hari saya dilirik oleh
Guru Mulia dan berkata,
“Namamu Munzir
(munzir=pemberi peringatan),”
saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi, “Kau akan
memberi peringatan pada
jamaahmu kelak!”

Maka saya tercenung dan
terngiang-ngiang ucapan
beliau, “Kau akan memberi peringatan pada jamaahmu
kelak?” saya akan punya
jamaah? saya miskin begini
bahkan untuk mencuci
bajupun tak punya uang
untuk beli sabun cuci. Saya mau mencucikan baju
teman saya dengan upah
agar saya kebagian sabun
cucinya, malah saya dihardik,
“Cucianmu tidak bersih! Orang
lain saja yang mencuci baju ini.”
Maka saya terpaksa mencuci
dari air bekas mengalirnya
bekas mereka mencuci, air
sabun cuci yang mengalir
itulah yang saya pakai mencuci baju saya.

Hari demi hari Guru Mulia
makin sibuk, maka saya mulai
berkhidmat pada beliau, dan
lebih memilih membantu segala
permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat
menginap, dan segala masalah
rumah tangga santri. Saya
tinggalkan pelajaran demi
bakti pada Guru Mulia
membantu beliau, dengan itu saya lebih sering jumpa beliau.
Dua tahun di Yaman, ayah
saya sakit, dan telepon, beliau
berkata, “Kapan kau pulang
wahai anakku? aku rindu?”
Saya jawab, “Dua tahun lagi insya Allah ayah.”
Ayah menjawab dengan sedih
di telepon, “Duh… masih lama
sekali.” telepon ditutup, 3 hari
kemudian ayah saya wafat.
Saya menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat
saya pamitan itu adalah
terakhir kali jumpa dengan
beliau… dan beliau buang muka
saat saya mencium tangan
beliau, namun beliau rupanya masih mengikuti saya, keluar
dari kamar, keluar dari
rumah, dan berdiri di pintu
pagar halaman rumah sambil
melambaikan tangan sambil
mengalirkan airmata… duhai… kalau saya tahu itulah
terakhir kali saya melihat
beliau, rahimahullah.

Tak lama saya kembali ke
Indonesia, tepatnya pada
1998. Mulai dakwah sendiri di Cipanas, namun kurang
berkembang. Maka saya mulai
dakwah di Jakarta. Saya
tinggal dan menginap
berpindah-pindah dari rumah
kerumah murid sekaligus teman saya. Majelis malam
selasa saat itu masih
berpindah-pindah dari rumah-
kerumah. Mereka murid-murid
yang lebih tua dari saya dan
mereka kebanyakan dari kalangan awam. Maka walau
saya sudah duduk untuk
mengajar, mereka belum
datang, saya menanti,
setibanya mereka yang cuma
belasan saja, mereka berkata, “Nyantai dulu ya Bib,
ngerokok dulu ya, ngopi dulu
ya!” Saya terpaksa menanti
sampai mereka puas, baru
mulai Maulid Dhiya'ullami.
Jamaah makin banyak, mulai tak cukup di rumah-rumah,
maka pindah-pindah dari
musholla ke musholla.
Jamaah makin banyak, maka
tak cukup pula musholla. Mulai
berpindah pindah dari masjid ke masjid. Lalu saya membuka
majelis di hari lainnya dan
malam selasa mulai di
tetapkan di Masjid Almunawar.
Saat itu baru seperempat
masjid saja. Saya berkata,

“Jamaah akan semakin
banyak, nanti akan setengah
masjid ini, lalu akan memenuhi
masjid ini, lalu akan sampai
keluar masjid insya Allah.”
jamaah mengaminkan. Mulailah dibutuhkan kop surat,
untuk undangan dan lain
sebagainya. Maka majelis
belum diberi nama dan saya
merasa majelis dan dakwah
tak butuh nama. Mereka sarankan Majelis Hb Munzir
saja. Saya menolak, ya sudah,
MAJELIS RASULULLAH SAW saja.
Kini jamaah Majelis Rasulullah
sudah jutaan, di Jabodetabek,
Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
Mataram, Kalimantan,
Sulawesi, Papua, Singapura,
Malaysia, bahkan sampai ke
Jepang, dan salah satunya
kemarin hadir di majelis haul badr kita di monas, yaitu
Profesor dari Jepang yang
menjadi dosen di sana. Dia
datang ke Indonesia dan
mempelajari bidang sosial.
Namun kedatangannya juga karena sangat ingin jumpa
dengan saya, karena ia
pengunjung setia web ini,
khususnya yang versi english.
Sungguh agung anugerah Allah
swt pada orang yg mencintai Rasulullah saw, yang
merindukan Rasulullah saw.
Itulah awal mula hamba
pendosa ini sampai majelis ini
demikian besar.

====

Selamat jalan wahai Guru kami tercinta Habibana Munzir bin Fuad Al Musawa..
Allahumma ya Allah ampunilah seluruh dosa
beliau,
maafkan seluruh kesalahan beliau,
terimalah amal ibadah beliau,
terimalah beliau sebagai hambaMu yg mulia disisiMu,
luaskan dn lapangkan
kubur beliau,
jadikanlah kubur beliau taman diantara taman Syurga Mu,
berilah kekuatan iman, kesabaran dan hikmah bagi keluarga beliau,
sahabat & kami selaku murid beliau...
Aamiin..

Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 30




Senin, 2 September 2013

1قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا؟ مَنْ خَلَقَ كَذَا ؟ حَتَّى يَقُولَ لَهُ : مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ ؟ فَإِذَا بَلَغَ ذَلِكَ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ ولْيَنْتَهِ (صحيح البخاري)

" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Syaitan akan datang kepada salah seorang kalian dan bertanya : "siapakah yang menciptakan ini, siapakah yang menciptakan ini dan ini?", hingga ia berkata : "Siapakah yang menciptakan Tuhanmu?", dan jika sampai pada hal tersebut (keraguan) maka berlindunglah kepada Allah dan berhentilah (dari memikirkannya)".
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur, Yang telah mengundang kita untuk hadir ke majelis ini dengan mengetuk pintu jiwa, sehingga di majelis ini terangkatlah derajat orang-orang yang mau mengangkat dirinya untuk semakin dekat kepada Allah subhanahu wata'ala, dan termuliakanlah mereka yang mau memuliakan dirinya dengan tuntunan kemuliaan, dan tersucikan dari dosa-dosa mereka yang diampuni oleh Allah dengan kehadiran mereka di majelis-mejelis ta'lim dan majelis dzikir dan shalawat kepada nabi Muhamad shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rahasia cahaya at ta'allum dan at ta'lim (pembelajaran dan pengajaran), di dalam rahasia keluhuran tuntunan Ilahi Yang Maha Tunggal dan Abadi, Yang berfirman di dalam Al qur'an demi mengenalkan kepada manusia akan sifat hamba-hambaNya yang peduli terhadap sesama, yang berlemah lembut kepada siapa pun baik mereka yang beriman atau yang tidak beriman, kesemuanya berada di dalam lingkup doa-doa mereka, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala :
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا ، وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ( الفرقان : 63 )
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melewati malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata (berdoa): "Ya Tuhan kami, jauhkanlah siksa nerka ( Jahannam ) dari kami, sesungguhnya siksa neraka itu adalah kebinasaan yang kekal". ( QS. Al Furqan : 63 )
Hamba-hamba yang dibanggakan oleh Allah subhanahu wata'ala adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati (tawadhu'), dan jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang tidak berilmu atau belum beriman atau belum mau bertobat yang mencaci atau menghina mereka maka mereka membalasnya dengan perkataan yang lemah lembut dan penuh kesejahteraan, serta berlemah lembut terhadap semua makhluk Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada ummatnya untuk tidak menyiksa atau menyakiti makhluk (ciptaan) Allah subhanahu wata'ala. Dengan demikian semua makhluk ciptaan Allah subhanahu wata'ala telah telah dilarang oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk disiksa atau diganggu dan disakiti.
Dan hamba-hamba yang dipuji oleh Allah subhanahu wata'ala adalah mereka yang melewati malam-malam harinya dengan ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala (qiyamullail), dan mereka yang berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala : "Ya Allah hindarkanlah kami (dengan kata pengganti majemuk) dari siksa neraka (Jahannam) karena sesungguhnya siksa neraka adalah kepedihan yang kekal".
Mereka adalah hamba-hamba pemilik jiwa yang menampung rahasia kemuliaan, yang menampung para pendosa di dalam doa mereka untuk terangkat jiwa mereka pada keluhuran, bukan dengan mencaci maki mereka karena telah berbuat maksiat atau mengganggu satu sama lain, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda :
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
" Mencaci maki orang muslim adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekufuran ".
Syarh kitab Ar Risaalah Al Jaami'ah
Dalam pembahasan majelis yang lalu kita telah sampai pada ucapan pengarang :
وَأَصْلُ اْلإِيْمَانِ أَنْ تَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى مَوْجُوْدٌ وَأَنَّهُ تَعَالَى وَاحِدٌ
" Asal (dasar) Iman yaitu engkau meyakini bahwa Allah subhanahu wata'ala Maha Ada dan meyakini bahwa Dia (Allah) Maha Tunggal"
Allah subhanahu wata'ala Maha Tunggal. Kita memahami bahwa semakin besar suatu kerajaan maka semakin hebat pula rajanya, semakin sempurna pengaturan sang raja terhadap kerajaan tersebut maka akan semakin sempurna dan semakin kuat kerajaannya. Namun demikian, semua raja tidak mampu berbuat tanpa bantuan para laskarnya, kecuali Sang Maha Raja langit dan bumi Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Tunggal dimana kerajaanNya yang multi sempurna namun Dia (Allah) tidak membutuhkan kepada hamba-hambaNya. Allah subhanahu wata'ala yang telah menciptakan seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi yang kesemuanya bertasbih dan berdzikir kepadaNya siang dan malam tanpa henti-henti, mensucikan nama Allah subhanahu wata'ala, dan hal itu telah disampaikan oleh Allah kepada kita agar sanubari kita juga terangkat kepada keluhuran untuk mensucikan Allah subhanahu wata'ala dan mengagungkan namaNya, sehingga diri kita disucikan dan diagungkan oleh Allah subhanahu wata'ala. Dimana balasan bagi hamba yang mensucikan Allah adalah kesucian dari Allah subhanahu wata'ala untuknya, kesucian dari perbuatan dosa, kesucian dan dijauhkan dari setiap musibah, dijauhkan dari permasalahan, kesucian dari penyakit hati dan lainnya. Semakin jiwa seseorang mensucikan Allah subhanahu wata'ala maka akan semakin sucilah jiwa dan kehidupannya di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi, Maha Mampu memberikan keabadian kenikmatan kepada makhluk-makhluk yang dikehendakinya. Allah subhanahu wata'ala Maha Ada, pertama tanpa ada awalnya dan terakhir tanpa ada akhirnya, maksudnya yaitu bahwa Allah subhanahu wata'ala Maha Ada sebelum segalanya ada, namun tanpa keterikatan dengan pertanyaan "Kapan adanya?". Sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits yang telah kita baca bersama. Dan Al Imam Ghazali menjelaskan agar manusia berhati-hati dengan bisikan syaitan dalam ibadah dan keluhuran, karena ketika syaitan melihat seorang hamba sangat giat dalam beribadah dan dengan sebaik-baik ibadah, sehingga ia tidak dapat tergoda untuk berbuat maksiat, maka ia akan digoda syaitan dengan kebaikan, syaitan membawanya pada bisikan-bisikannya seperti : "Siapakah yang menciptakan ini dan ini?, jawabannya adalah Tuhanku "Allah", kemudian dibawa pada bisikan yang lain : " Siapakah yang menciptakan ini dan itu?", dan kesemua jawabannya adalah "Allah", hingga syaitan membawanya pada pertanyaan "Siapakah yang menciptakan tuhanmu?". Makhluk yang paling memahami tauhid dan ma'rifah billah, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam memberikan penyelesaian dalam hal ini, jika seseorang telah sampai pada hal demikian atau mulai timbul keraguan dalam dirinya, maka segeralah berlindung kepada Allah subhanahu wata'ala dan berhentilah dari memikirkannya.
Kemudian disebutkan dalam kitab Ar Risalah Al Jami'ah :
لَا شَرِيْكَ لَهُ وَلَا مِثْلَ لَهُ وَلَا شِبْهَ لَهُ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلبَصِيْرُ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ
" Tidak ada sekutu baginya (Allah), tidak ada yang menyamainya, tidak ada yang menyerupainya, tidak ada sesuatupun yang menyerupainya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat, Dia Yang menciptakan langit dan bumi"
Allah subhanahu wata'ala Maha Mendengar dan Maha Melihat, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dari tiada, dan semua yang ada di langit dan bumi adalah ciptaan Allah subhanahu wata'ala. Manusia juga dapat menciptakan namun manusia hanya menciptakan dari hal yang ada yang merangkainya dalam bentuk yang berbeda, dan tidak mampu menciptakan dari ketiadaan menjadi ada, namun Allah subhanahu wata'ala mencipta dari ketiadaan menjadi ada, hanya dengan kalimat "Kun" maka terciptalah apa yang ingin diciptakan Allah. Kemudian disebutkan dalam kitab Ar Risalah Al Jaami'ah "
وَخَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ وَالطَّاعَةَ وَالْمَعْصِيَّةَ وَالصِّحَّةَ وَالسَّقَمَ وَجَمِيْعَ اْلكَوْنِ وَمَا فِيْهِ
" Dan Allah menciptakan kematian dan kehidupan, menciptakan ketaatan dan kemaksiatan dan menciptakan kesehatan dan penyakit dan menciptakan segala alam beserta apa yang ada didalamnya"
Allah subhanahu wata'ala menciptakan langit dan bumi, menciptakan kematian dan kehidupan. Mengapa terlebih dahulu yang disebut adalah kematian, padahal semua makhluk terlebih dulu hidup dan kemudian mati?!, karena asal muasal makhluk hidup adalah kematian yaitu ketiadaan yang kemudian muncullah kehidupan, baik kehidupan di alam rahim, kehidupan di alam dunia, kehidupan di alam barzakh dan kehidupan di hari kiamat yang kekal dan tiada akan pernah berakhir. Namun apakah hal ini berarti manusia (ahli surga) sama dengan Allah karena manusia juga akan abadi di alam akhirat (surga)?, tentunya tidak demikian, karena keabadian makhluk terikat dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala, makhluk tidak akan memiliki keabadian kecuali telah diberi oleh Allah subhanahu wata'ala. Maka tentunya tidak sama antara Sang Pemilik dan yang diberi, Allah memberikan keabadian kepada makhlukNya namun keabadian itu tetap milik Allah subhanahu wata'ala. Keabadian itu diberikan oleh Allah kepada makhlukNya di akhirat baik keabadian dalam kehinaan atau keabadian dalam kemuliaan, dan semoga kita selalu dalam kemuliaan di dunia dan akhirat amin allahumma amin. Dan Allah subhanahu wata'ala yang menciptakan ketaaan dan kemaksiatan (perbuatan baik dan buruk). Dalam permasalahan ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok Jabariyah dan kelompok Qadariyah, sedangkan kita adalah kelompok yang berada di tengah-tengah. Sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar As Asqalani di dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa kita bukanlah termasuk dalam kedua kelompok tersebut, yang mana kelompok Jabariyah berpendapat bahwa manusia dalam segala perbuatan baik baik dan buruknya adalah kehendak dan pakasaan dari Allah dan manusia tidak memiliki kehendak dan tidak dapat memilih. Sedangkan kelompok Qadariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia baik dan buruknya adalah kehendak manusia sendiri dan mereka yang menciptakannya, tidak ada hubungannya dengan Allah subhanahu wata'ala. Adapun kelompok kita ahlusunnah waljama'ah meyakini bahwa segala perbuatan baik dan buruk adalah semua kehendak Allah, namun manusia diwajibkan berikhtiar (berusaha) untuk selalu melakukan perbuatan baik. Kita kelompok ahlusunnah waljama'ah meyakini bahwa Allah lah yang menciptakan segala perbuatan manusia (baik aatu buruk), namun hal tersebut juga tergantung pada diri manusia , sebagaimana Allah subhanahu wata'ala telah memberikan kita jasad, pemikiran dan hati (ruh) dan kesemua itu kita gunakan untuk taat atau maksiat tentunya kesemua dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala. Sebagai contoh seorang yang berbuat maksiat seperti meminum khamr maka bukanlah ia yang menciptakannya sendiri, namun dia hanya mengambil dari buah-buahan yang dijadikan khamr dengan proses pembuatan khamr, dan Allah lah yang telah menciptakan buah-buahan tersebut dan Allah yang telah mengizinkan adanya khamr di muka bumi, namun demikian Allah mengharamkan khamr dan menyuruh hamba-hambaNya untuk tidak meminumnya, dan dalam hal ini mereka diberi kehendak untuk memilih antara mengikuti perintah Allah atau meninggalkannya. Akan tetapi Allah subhanahu wata'ala akan menjaga hamba-hambaNya yang beriman dan mengikuti tuntunan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam agar tidak terjebak pada minuman keras, sebagaimana dalam riwayat Shahih Al Bukhari ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada peristiwa Isra' Mi'raj disaat dihidangkan untuk beliau shallallahu 'alaihi wasallam dua macam minuman yaitu susu dan arak (yang tidak memabukkan), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memilih susu, lalu malaikat Jibril As berkata : "Sungguh engkau telah menyelamatkan ummatmu, jika engkau memilih arak maka ummatmu akan celaka". Hal ini menunjukkan bahwa salah satu perbuatan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dapat mempengaruhi dan menolong ummatnya hingga akhir zaman, karena telah selamat dari minuman keras, meskipun masih ada manusia yang terjebak ke dalam minuman keras, dan semoga Allah subhanahu wata'ala melimpahkan hidayah kepada mereka,a amin allahumma amin. Demikian juga segala perbuatan maksiat lainnya sepeti perjudian perzinahan dan lainnya, kesemuanya bermula dari apa-apa yang telah diciptakan Allah. Oleh sebab itu ketaatan dan kemaksiatan berasal dari Allah subhanahu wata'ala, dan kita diberi kehendak untuk ikhtiar yaitu memilih diantara keduanya, demikianlah keyakinan kelompok ahlusunnah waljama'ah.
Allah subhanahu wata'ala berfirman :
وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ ( الأنعام : 28 )
"Jika seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang untuk mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah para pendusta belaka". ( QS. Al An'aam : 28 )
Merekalah orang-orang yang akan kekal di neraka, dimana jika mereka dikeluarkan dari neraka kemudian dikembalikan ke dunia maka mereka akan kembali berbuat kejahatan dan kemungkaran yang telah dilarang oleh Allah subhanahu wata'ala. Sebaliknya mereka yang tidak dikekalkan di neraka adalah mereka yang jika dikeluarkan dari neraka dan dikembalikan ke bumi maka mereka akan taat kepada Allah subhanahu wata'ala, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka harus kita fahami bahwa manusia tidak dapat berbuat taat atau maksiat kecuali kesemuanya dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala yang dirangkai dari segala ciptaan Allah, dan Allah subhanahu wata'ala menyiapakan kebaikan untuk manusia yang berbuat baik, sebaliknya menyiapakan kehinaan atau siksaan bagi mereka yang berbuat maksiat, maka manusia diberi pilihan untuk memilih diantara keduanya. Dan Allah lah yang menciptakan kesehatan juga menciptakan penyakit , dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
مَا أَنْزَلَ اللّهُ مِنْ دَاءٍ إلّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
" Allah tidak menurunkan penyakit kecuali telah menurunkan baginya obat "
Allah tidak menciptakan penyakit kecuali juga menciptakan obatnya, maka orang yang diberi cobaan dengan penyakit maka ia harus berusaha untuk mencari obatnya, karena Allah telah menciptakan obat dari setiap penyakit. Namun berhati-hatilah dalam mencari pengobatan, berobatlah kepada yang ahli dalam bidangnya, janganlah berobat kepada sembarang dokter atau berobat kepada dukun, dan juga janganlah dengan mudah mempercayai orang yang mengobati, hanya Allah subhanahu wata'ala yang bisa langsung kita percaya dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kalau yang lain belum tentu benar apa yang ia ucapkan. Sebagaimana yang saya alami ketika menjalani pengobatan dengan CT scan, di saat itu saya hanya memenjamkan mata tanpa merintih kesakitan, lalu ada 3 dokter yang datang kepada saya, kemudian salah satu dokter bertanya tentang penyakit yang saya alami, maka saya katakan bahwa dibagian bawah tulang rusuk saya terasa sakit dan sangat perih, dengan spontan ia menjawab : "Oh, ini usus buntu operasi!", dokter yang lain berkata : "Kalau menurutku ini adalah liver, operasi!", kemudian dokter yang terakhir juga mengatakan hal yang berbeda, wah ketiga dokter kok beda-beda dalam menentukan penyakit yang saya derita, kesemuanya hanya memberi instruksi agar saya menjalani operasi. Dan ketika bapak professor datang beliau hanya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena kebanyakan asam lambung, yang di zaman sekarang dikenal dengan masuk angin dimana cukup dengan dikerokin akan hilang penyakitnya, maka berhati-hati dalam berobat atau memilih dokter yang akan mengobati penyakit kita.
Demikian pembahasan kita dalam kitab Ar Risalah Al Jami'ah di malam hari ini, penjelasan berikutnya kita lanjutkan di majelis yang akan datang insyaallah.
Selanjutnya kita berdoa dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala, semoga Allah melimpahkan kemuliaan dan keluhuran bagi kita semua dan orang tua kita, mereka yang masih hidup semoga dianugerahi panjang umur dan afiyah, dan yang telah wafat semoga dilimpahi kemuliaan di alam barzakh, amin allahumma amin.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
Berikut ada beberapa pengumuman, yang pertama majelis dzikir akbar kita bersama guru mulia di Monas insyaallah kita adakan pada tanggal 25 November 2013. Adapun Haul Al Imam Fakhrul Wujud Abu Bakar bin Salim insyaallah akan diadakan pada hari Ahad, 24 November 2013 di komplek Hankam Cidodol. Kedatangan guru mulia sudah semakin dekat, dan semoga Allah subhanahu wata'ala memberikan kesuksesan dalam setiap acara kita dan membawakan manfaat bagi kita zhahir dan bathin dan juga bagi wilayah kita, bangsa kita dan seluruh muslimin di barat dan timur, menjadi rahmat dan mempersatukan ummat sehingga jauh dari perpecahan dan permusuhan antara muslimin dan antara ummat beragama, amin allahumma amin. Selanjutnya kita bershalawat dan bersalam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian doa penutup oleh Al Habib Hud bin Baqir Al 'Atthas, yatafaddhal masykura